Pencinta Yang Mengerti Hati

Cobalah sejenak menjadi seorang pengamat sosial. Lihat bagaimana kondisi remaja saat ini. Remaja tidak keseluruhan berada dalam zona aman. Beruntunglah mereka, remaja yang terkondisikan oleh bentengan iman. Setidaknya mampu terkontrol dan tetap pada lintas kestabilan.
Ialah masalah cinta, yang lambat laun akan memenuhi hati dan pikiran si pencinta. Bukan salah ketika ditimbulkan rasa cinta dihati. Tidak masalah ketika mencintai apa yang diciptakan Sang Pencipta. Namun, akan salah ketika rasa cinta itu kita tindaklanjuti dengan tindakan yang salah pula.
Remaja saat ini kebanyakannya sedang dilanda cinta. Yang parahnya lagi, kecintaannya itu justru menuju kearah perzinaan. Tidak setuju mungkin sebagian pembaca. Tapi jelaslah, pada dasarnya, segala sesuatu yang mendekati zina itu dilarang, termasuklah pacaran.
Adanya kini, perilaku remaja terkontaminasi oleh perilaku kebaratan yang notabenenya menganggap pacaran bahkan hingga zina adalah satu-satunya cara mengimplementasikan cinta. Pola pikir remaja sudah keliru. Menganggap pacaran itu hal lumrah yang perlu dirasakan di fase remaja. Mereka butuh pencerahan.
Jelaslah mereka butuh pencerahan, kondisi mereka sedang dalam kegelapan hati. Tidak tahu menggunakan hati untuk mencintai siapa. Alhasil, kebiasaan meniru dilakoni. Tak jarang, galau-galauan sering dicibirkan para remaja. Galau karena pacar, lucu.
Ironis. Mereka bahkan lebih mencintai pacarnya daripada Rasulnya. Galau hanya melulu karena pacar. Tak ada galau karena kerinduan pada Rasulullah.
Menggunakan hati untuk mencintai dengan cara yang salah. Cintanya negatif, seiring waktu akan banyak bermunculan hal-hal negatif pula. Baiknya, remaja perlu memahami cinta yang positif. Cinta positif sejatinya berasal dari hati yang akan menimbulkan kenyamanan yang kembali ke hati. Ialah mencintai Rasul salah satunya.
Remaja pastilah tidak tau perasaan cinta lawannya. Adakah dijumpai mereka mencintai dengan abadi? Lain halnya dengan Rasul. Beliau justru sangat mencintai ummatnya. Bahkan tak jarang meneteskan air mata karena ummatnya. Coba bandingkan. Akan lebih indahlah cinta abadi daripada cinta 'monyet'.
Cinta pada Rasul akan menggerakkan kita pada hal-hal positif. Tanamkan cinta pada Beliau, akan kita dapati peningkatan iman dan taqwa. Ketika ada cinta pada Rasul, maka hati akan dipenuhi dengan cinta positif. Hati berlaku lembut dan nyaman. Bukan lagi timbul galau tak menentu karena pacar.
Baiknya, tinggalkan perilaku mencintai untuk pacaran itu dipemberhentian stasiun pertama.
Kemudian cobalah untuk mencari cinta positif, cinta pada Rasulullah di stasiun selanjutnya. Kelak dipemberhentian akhir, tidak Anda jumpai kegalauan, melainkan kenyamanan dari perjalanan kereta api. Hati akan tau apa yang baiknya dicintai. Tidak ada hati yang nyaman selalu selagi dimanfaatkan untuk pacaran. Yang ada, hati yang selalu tenang ketika mencintai Rasulullah.
Maka, jadilah seorang pencinta yang mengerti hati.

Comments