Abang, Kakak,
Apa kau sudah lihat adik-adikmu itu?
Mereka adik-adikmu wahai muda…
Tak usah pedulikan darah daging
Jangan pula muda tanyakan kemana orangtua si fulan
Yang jelas fulan-fulan hanya butuh abang dan kakak
Tanyakan pada mereka hal unik
Mainkan jawaban mereka merinci
Lunturkan pesimis mereka wahai muda
Sebaliknya, marakkan semangat para fulan para calon
muda
Abang, kakak
Kalian muda,
Para pemuda hendaknya mengerti keadaan adiknya
Jangan biarkan si calon muda rusak tak berarah
Sebab, keadaan mampu membentuk calon muda
Sejarahnya tak dapat dipungkiri mampu menjejak di masa
depannya
Muda, baru saja engkau lewati seusia adik
Masihlah muda mudah bergaul
Lantas… kehadiranmu patut dijadikan pengompak untuk
fulan
Mereka sedang di dalam acuh orang tua
Lihatlah si adik dengan lugunya menjamahi gusinyayang
gatal
Senyuman asli kerap menutupi status mereka
Membolak-balik badan tanpa beban
Lihat yang lainnya
Tengah duduk memegang bola
Si balita mengangkat-angkat tangannya sambil
berceloteh kosa
Seakan menanti tuntunan untuk sekedar mentatahnya
belajar
Ada pula yang lebih
Memahami materi keluarga bahagia
Bertanya ayah, ibu
Kemana?
Abang, kakak,
Pandai-pandailah menjawab
Jawaban yang pasti akan mengagetkan,
Menyayat luka
Tak dijawab
Si adik pasti kecewa.
Mereka korban wahai muda
Mereka dibuang ayah ibunya selepas dilahirkan
Tak hanya satu ayah ibu
Orangtua tak berprinsip
Tanggungjawabnya nihil
Anak sesuci itu dianggap mereka sampah
Dianggap mereka materi penebar aib
Bahkan dianggap bangkai yang harus ditutupi agar
tampaknya tetap rapih
Sudahlah, nanti mereka, para fulan mendengarnya
Baiknya, luruskan para fulan
Berikan pemahaman yang tak berdendam
Lunakkan hatinya untuk menerima kejinya orangtua
Tanamkan, kejinya orangtua, tetaplah orangtua, jangan
benci mereka
Muda telah tau caranya
Taulah massa yang tepat untuk memahamkan
Bukan dihari dini mereka
Tapi tunggulah hingga mereka acap mengerti tumbuh
kembangnya
Jangan lepas tangankan
Susun mereka
Kelak kan jadi muda yang membangga
Kaula(h) muda
Comments